GAGAL MASUK UNIVERSITAS NEGERI - Cerita SMA
Impian semua anak SMA di tahun 2013 jika sudah lulus adalah melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu masuk ke Universitas Negeri ataupun favorit. Contohnya Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta dan lain-lain. Impian saya waktu SMA adalah ingin kuliah di Universitas Indonesia dengan jurusan Sastra Indonesia, dan alhamdulillah saya GAGAL.
Saya sadar betul kegagalan saya waktu SMA adalah karena nilai saya yang hancur tidak karuan, tiap ada ujian selalu remedial. Tapi semuanya saya syukuri karena menurut saya nilai tidak begitu penting, yang penting ya proses belajarnya. Nilai saya jelek berarti ada kesalahan pada proses belajar saya..
Menurut saya ada 2 faktor yang mempengaruhi kesalahan pada proses belajar saya :
1. Ekstrakurikuler.
2. Salah jurusan.
Salah Jurusan, pada saat penentuan jurusan dari kelas 1 SMA ke - kelas 2 SMA sebenarnya saya ingin masuk ke kelas jurusan Bahasa Indonesia. Namun sayang sekali, di sekolah saya hanya ada dua jurusan yaitu IPA dan IPS. Menurut saya ini adalah salah satu kesalahan sistem pembelajaran di Indonesia, pembatasan kreatifitas hanya di bagi menjadi jurusan IPA dan IPS. Secara psikologis mengakibatkan pemikiran tumbuh kembang siswa terhambat, terlalu banyak diisi oleh teori-teori sekolahan yang belum tentu kita pakai kedepannya. Akhirnya dengan sangat terpaksa saya masuk jurusan IPA (rekomendasi dari orang tua), ketemu lagi deh tuh sama yang namanya FISIKA dan KIMIA.
Di awal pembelajaran saya menikmati proses pembelajaran. Di kelas 2 SMA nilai saya juga bisa dibilang tidak terlalu jelek. Saat saya kelas 3 SMA malapetaka terjadi, guru Kimia favorit saya di kelas 2 SMA sudah tidak mengajar lagi dan digantikan dengan guru yang menurut saya kurang kompeten. Setiap pembelajaran guru tersebut jarang mengajar, kami disuruh membaca buku terus... terus... sampai mendekati UN (Ujian Nasional). Ini yang membuat saya jenuh, sampai akhirnya saya ada rasa benci dalam diri saya kepada guru tersebut.
Ujian Nasional semakin dekat, melihat teman-teman saya sudah sangat matang untuk menghadapi Ujian Nasional. Beda dengan saya, nafsu belajar saya hilang. Saya tidak bisa konsentrasi, tidak bisa tidur, pikiran saya melayang kemana-mana. Kesimpulannya saya tidak siap menghadapi Ujian Nasional.
Comments
Post a Comment